Kamis, 01 Mei 2008

Reviews Album

Radiohead / In Rainbows ****

Sejak merilis mahakarya ok computer di tahun 1997, kedatangan setiap album baru Radiohead diperlakukan seperti sebuah peristiwa agung. Pecinta musik di seluruh dunia selalu penasaran, terobosan apalagi yang akan dibuat oleh kuintet asal Oxford, Inggris tersebut? Sesuai tebakan, pertanyaan yang sama juga diajukan menjelang dirilisnya In Rainbows, album studio ketujuh Radiohead sekaligus yang pertama setelah mereka meninggalkan major label EMI Music. Tapi lain halnya dengan album-album sebelumnya, kali ini bukan hanya musik yang terdapat di album baru tersebut yang menjadi sorotan. In Rainbows akan selalu dikenal karena metode distribusinya yang re-volusioner, yaitu membiarkan pembeli menentukan harga untuk mengunduhnya lewat Internet pada Oktober-Desember lalu, sebelum akhirnya diedarkan dalam format CD konvensional.

Sementara itu, musiknya sendiri mengagetkan. Bukan karena melebihi Kid A dalam hal eksplorasi yang edan-edanan, tapi justru sebaliknya: In Rainbows adalah album Radiohead yang paling mudah dicerna sejak OK Computer, atau bahkan The Bends. Entah apa alasannya, tapi yang pasti album ini berisi materi akan cocok untuk konser, yang tampaknya akan menjadi sumber penghasilan utama Radiohead di masa depan. Dibanding album-album sebelumnya, In Rainbows terasa lebih minimalis dan halus, di mana raungan eksplosif gitar Jonny Greenwood yang biasanya menjadi salah satu ciri khas hanya terdengar jelas pada "Bodysnatchers." Itu menyebabkan ciri khas Radiohead lainnya, yaitu vokal Thom Yorke, dibiarkan menonjol tanpa ditimbun oleh suara-suara elektronik. Ini bukan hal yang buruk, karena Yorke masih mampu membuktikan diri sebagai salah satu vokalis rock terbaik saat ini. Dia berhasil membuat pendengar merinding saat menyanyikan lirik-lirik yang bersifat lebih personal daripada biasanya, seperti pada "All I Need," sebuah lagu midtempo yang dibumbui suara xylophone dan synth bass. Bagi penggemar lama yang dikecewakan oleh kegelapan eksperimental pada Kid A dan Amnesiac, kemungkinan besar keindahan pada "Nude" dan "Jigsaw Falling Into Place" akan lebih berkenan di hati. Agak ironis bahwa Radiohead merilis album mereka yang paling ringan justru setelah lepas dari major label, tapi In Rainbows membuktikan bahwa Radiohead tak ingin melakukan hal yang sama - baik dari segi musiknya maupun huru-hara seputar distribusinya.

Hasief Ardiasyah

Tidak ada komentar: